Lembaga Survei Poltrust Indonesia Launching di Jambi
Anggota DPR RI Fraksi PKB Sofyan Ali di acara launching Poltrust Indonesia (doc/064) |
Kehadiran lembaga ini diisi dengan dialog publik yang digelar bekerjasama Poltrust Indonesia bekerjasama dengan Rumah Aspirasi Sofyan Ali (SA).
Hadir pada kesempatan tersebut, Dr Ja’far Ahmad, Akademisi dari UIN STS Jambi Pahmi SY, Faryadi Mkom, Praktisi IT dan Sodik, Fotografer Senior.
Asriyadi selaku direktur lembaga ini mengatakan, kehadiran lembaga ini diharapkan bisa membantu kepada para calon untuk menentukan kebijakan dalam kontestasi politik.
"Selain survei, kita juga nanti memberikan konsultasi politik, juga kedepan akan ada berbagai kegiatan pelatihan serta advokasi," ucap Asriadi pada kesempatan perkenalan lembaganya Sabtu, 8 Februari 2020 siang.
Mantan pemimpin redaksi Jambi Ekspres Televisi dan wartawan politik Jambi Independent ini mengatakan, bahwa untuk menentukan arah dukungan politik kedepan sangat dibutuhkan data. Data ini hanya bisa disajikan dengan melakukan survei. "Dalam posisi ini, kita Poltrust nantinya akan membantu para calon tersebut," katanya.
Sementara anggota DPR RI Sofyan Ali SH menegaskan suasana perpolitikan hari ini harus berbasis data. Karena untuk mengukur tingkat popularitas calon, tidak bisa tanpa data.
"Hari ini media bersosialisasi itu cukup banyak. Salah satunya medsos, lewat medsos seseorang bisa diorbitkan ke permukaan, tapi juga bisa dijatuhkan. Bayangkan twitter dengan hastag tertentu bisa membuat populeritas seseorang jatuh," tukasnya.
Sementara itu, Ja’far Ahmad pada diskusi publik yang menampilkan tema “Memahami Pergerakan Data Untuk Percepatan Adaptasi di Era Industri 4.0 itu mengatakan, pentingnya penggunaan data dalam setiap misi apalagi di Pilkada. Tujuannya untuk melakukan pemetaan.
Nah tentu dalam pelaksanaan survei ada metodologi. Ini yang penting dalam sebuah riset. Sehingga tidak menghasilkan data yang salah.
"Bagi saya seorang peneliti, tidak penting hasil penelitiannya. Yang saya lihat adalah metodologi penelitiannya seperti apa," terangnya.
Dirinya mencontohkan ada sebuah penelitian, dimana tingkat elektabilitas seseorang lebih tinggi dari tingkat populeritasnya. "Kalau menurut ilmu pengetahuan, itu tidak akan mungkin terjadi. Masak iya orang yang mengenal kita lebih sedikit dari yang memilih kita," sebutnya.
Sementara, pakar IT, Faryadi mengatakan era baru industrialisasi digital memberikan ancaman dan juga peluang. Dimana ancaman yang bakal dihadapi yakni menghilangkan 1-1,5 miliar pekerjaan sepanjang 2015 sampai 2025 dimana manusia digantikan mesin otomatis. Dan kedepan, diestimasikan, 65 persen murid SD dunia akan bekerja pada pekerjaan belum pernah ada hari ini.
"Ada empat pilar utama membuat Indonesia mengalami lompatan jauh yakni Tehnologi, Industri, Inovasi dan sumber daya manusia (bonus demografi)," tutur dosen STIMIK NH ini.(064)