Pemerintah Pilih Acak Peserta Kartu Prakerja, Ini Alasannya
Foto : ist |
Direktur Komunikasi Manajemen Pelaksana Prakerja Panji Winanteya Ruky mengatakan, proses penyeleksian penerima prakerja diutamakan bagi pekerja dan pelaku usaha yang sudah teradata dalam basis data pemerintah yang dikumpulkan oleh K/L.
Sejak pendaftaran prakerja gelombang pertama ditutup, atau tepatnya Kamis 16 April 2020 pukul 16.00 WIB, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat sebanyak 5,9 juta pendaftar yang melakukan registrasi. Kemudian sebanyak 3,2 juta NIK peserta yang terverfikasi.
Panji merinci, dari 3,2 juta NIK peserta yang terverifikasi, nama-nama itu kemudian dicocokan dengan data yang ada di Dukcapil, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kementerian Sosial.
Verifikasi tersebut dilakukan untuk memastikan peserta sedang tidak menempuh pendidikan sekolah atau kuliah, dan belum pernah menerima bantuan sosial (bansos).
Dari 3,2 juta NIK, pemerintah kemudian mengantongi 2,06 juta nama yang masuk dalam kriteria di gelombang pendaftaran atau Join Batch Pertama. Dari 2,06 juta nama ini lah, yang kemudian diacak oleh pemerintah untuk bisa memenuhi slot 200 ribu nama di gelombang pertama.
"Tentunya mekanisme yang paling adil adalah dengan pengacakan. Namun, kami sudah menerima usulan dari K/L yang telah melakukan pendataan pekerja dan pelaku usaha kecil mikro [UKM] yang terdampak oleh pandemi," jelas Panji kepada CNBC Indonesia, Jumat (17/8/2020).
Kendati demikian, Panji tidak merinci bagaimana mekanisme dan penilaian proses pendataan K/L kepada pekerja dan pelaku UKM tersebut. Yang jelas, data-data itu diambil dari berbagai lintas K/L.
"Jadi K/L, seperti Kemnaker, Kemenpar, Kemperin, dan sebagainya, itu mendata oleh mekanisme masing-masing. Kemudian kami mendapatkan usulan tersebut, dan mencatat di data based kami," jelas Panji.
Terisah, Maria (37) Salah satu peserta program prakerja gelombang pertama yang masuk dalam kriteria gelombang pendaftaran pertama, menyetujui dengan adanya pemilihan acak penerima program prakerja.
"Setuju saja secara acak dengan catatan sesuai dengan kualifikasi saja," kata Maria kepada CNBC Indonesia, Sabtu (18/4/2020).
Maria berharap, selain bisa mendapatkan pelatihan prakerja ini, dirinya bisa mendapatkan insentif Rp 2,55 juta dari pemerintah. Pasalnya, di perusahaan tempat dirinya saat ini, hanya mampu memberikan gaji pokok kepadanya 10% - 25% saja.
"Sedangkan kebutuhan kehidupan sehari-hari saya saja, melebihi itu, sementara saya harus menghidupi kehidupan keluarga saya di rumah. Untuk beli makan, bayar listrik. Mana cukup buat beli sayur mayur, minyak dan gas selama satu bulan," kata Maria.
Sayangya, Maria tidak lolos dalam sistem pemilihan acak pada pemilihan peserta program prakerja. Dia pun harus mengikuti gelombang berikutnya.(hps/hps)
Sumber : CNBC Indonesia